Breaking News

Wamenkeu Serukan Penguatan Kerja Sama Multilateral untuk Atasi Tantangan Global pada Pertemuan Tahunan IMF-WBG

 

Foto : Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Thomas Djiwandono, memimpin delegasi Kementerian Keuangan (Kemenkeu). 


Topiktoday, Washington DC : – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Thomas Djiwandono, memimpin delegasi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menghadiri pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Grup Bank Dunia (WBG) di Washington, D.C. pada 22 – 27 Oktober 2024. Pertemuan ini membahas mengenai isu-isu global, antara lain peta jalan evolusi Bank Dunia dalam membantu negara anggota memenuhi kebutuhan Barang Publik Global (Global Public Goods) seperti energi hijau, pangan, kesehatan, infrastruktur, dan pengembangan sumber daya manusia untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan, serta peran IMF dalam menangani peningkatan risiko ekonomi, moneter, dan geopolitik.

Mengawali lawatannya, Wamenkeu menghadiri pertemuan ke-12 Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim (12th Ministerial Meeting of Coalition of Finance Minister for Climate Action) sebagai co-chair bersama dengan Menteri Keuangan Belanda, Eelco Heinen. Pertemuan ini membahas Climate Action Statement (CAS) sebagai koordinasi kebijakan iklim negara anggota, upaya Kemenkeu untuk mendorong capaian target Nationally Determined Contributions (NDCs), serta mobilisasi pembiayaan publik dan swasta untuk ekonomi hijau. Wamenkeu menekankan komitmen Indonesia dalam mendorong pasar dan pembiayaan karbon, serta peran swasta dalam mitigasi dan adaptasi untuk pencapaian NDCs. Selain itu, Wamenkeu memaparkan inisiatif pembiayaan inovatif Indonesia, seperti Debt-for-Nature-Swap (DNS), dan penerbitan lebih dari USD7 miliar pembiayaan hijau dalam sukuk dan obligasi untuk ketahanan iklim serta perlindungan lingkungan.

Selanjutnya, Wamenkeu menghadiri agenda ASEAN – IMF Closed Door Annual Roundtable of ASEAN Finance untuk mendiskusikan tantangan dan prioritas kawasan Asia Tenggara, termasuk rantai pasok regional, pembangunan berkelanjutan, daya tahan pangan, serta ekonomi digital melalui ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA). Selain itu, di sela-sela pertemuan tahunan IMF-WBG, Wamenkeu juga menjadi pembicara dalam Eurasia Group Roundtable Discussion, memaparkan kondisi perekonomian Indonesia terkini serta prioritas pemerintahan baru yang mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia, ketahanan pangan, energi, air, revitalisasi sektor manufaktur, dan investasi di sektor sumber daya mineral dan agrikultur strategis.

Wamenkeu juga menghadiri pertemuan ke-4 Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20, yang merupakan pertemuan terakhir di bawah Presidensi G20 Brazil. Pertemuan ini membahas isu penguatan Bank Pembangunan Multilateral (Multilateral Development Banks - MDBs), sektor keuangan dan inklusi keuangan, serta isu-isu perekonomian global, sekaligus menandai 25 tahun terbentuknya Jalur Keuangan (finance track) G20. Berbagai tantangan global turut menjadi perhatian, seperti produksi dan perdagangan, konsentrasi pendapatan dan kesejahteraan, perubahan iklim, pembiayaan kesehatan, serta ketidakstabilan politik dan geoekonomi. Dalam pertemuan tersebut, Wamenkeu menyerukan komitmen bersama negara anggota G20 untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan memperkuat peran G20 sebagai forum utama dalam kerja sama ekonomi internasional.

Selain itu, dalam rangkaian agenda G20 kali ini, Wamenkeu menghadiri pertemuan Task Force on a Global Mobilization against Climate Change (TF-CLIMA) yang merupakan inisiatif dari Presidensi G20 Brazil yang mempertemukan Sherpa dan Finance Tracks untuk mendiskusikan pencapaian target iklim sesuai Paris Agreement. Wamenkeu menyampaikan dukungan Indonesia terhadap upaya TF-CLIMA dalam menyediakan instrumen keuangan transisi yang dapat menyediakan berbagai jasa dan produk untuk mendorong dekarbonisasi. Transisi energi harus dilakukan secara adil dan terjangkau, meminimalkan dampak sosial dan ekonomi, serta peran masing-masing negara dengan mempertimbangkan prinsip common but differentiated responsibilites and respective capabilities (CBDR-RC).

Wamenkeu berperan aktif dalam agenda utama Development Committee Plenary bersama Dewan Gubernur negara anggota IMF dan WBG. Dalam pertemuan ini, Wamenkeu menyampaikan bahwa peningkatan risiko ekonomi global dan konflik geopolitik telah menekan pertumbuhan ekonomi. Wamenkeu menyerukan penguatan kerja sama multilateral melalui reformasi struktural dan investasi hijau untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Wamenkeu juga mengapresiasi langkah World Bank dalam membantu negara anggota menghadapi tantangan melalui World Bank Evolution Roadmap, yang mencakup 1) peningkatan kapasitas pembiayaan sebesar USD150 miliar dalam 10 tahun melalui inovasi keuangan, 2) pelaksanaan Framework for Financial Incentives (FFI) dan Livable Planet Fund (LPF) untuk hibah dalam menghadapi tantangan global, 3) pengurangan rasio ekuitas terhadap utang untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan tanpa menurunkan peringkat AAA IBRD, serta 4) penguatan kapasitas penyerapan proyek dan penurunan suku bunga pinjaman bagi negara anggota. Wamenkeu juga menyatakan dukungannya terhadap tambahan pendanaan IDA 21st Replenishment (IDA21) untuk membantu negara miskin, rentan, dan terdampak konflik melalui pembiayaan rendah bunga dan hibah.

Selain menghadiri agenda utama, Wamenkeu mengadakan pertemuan bilateral dengan beberapa negara mitra dan MDBs. Dalam beberapa pertemuan tersebut, Wamenkeu menyampaikan keberhasilan transisi pemerintahan di Indonesia yang menjamin stabilitas politik dan keberlanjutan agenda pembangunan. Selain itu, Wamenkeu juga menjelaskan prioritas pemerintahan baru yang mencakup ketahanan pangan, energi, dan air, serta menekankan bahwa transisi pemerintahan berjalan lancar dengan persiapan APBN 2025 yang mendukung kesinambungan program pembangunan dengan target peningkatan pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut, pembangunan infrastruktur akan difokuskan melalui kerja sama pemerintah dan badan usaha, serta melibatkan lebih banyak peran pihak swasta. Wamenkeu berharap dukungan pada proyek prioritas pemerintah yang sejalan dengan arah strategis MDBs, seperti perubahan iklim, transisi energi, kesehatan, pembangunan sumber daya manusia, dan infrastruktur konektivitas.

Secara khusus, dalam pertemuan dengan Menkeu Belanda, Eelco Heinen, kedua belah pihak membahas strategi penguatan kolaborasi dalam Koalisi Menkeu untuk Aksi Perubahan Iklim dan upaya untuk mendesain instrumen serta kebijakan terkait pasar karbon global. Pada agenda bilateral dengan Menkeu Singapura, Indranee Rajah, kedua belah pihak membahas isu seputar keuangan berkelanjutan khususnya perkembangan pasar karbon, taksonomi hijau, serta ASEAN power grid. Dalam pertemuan dengan Menkeu Australia, James Chalmers menyampaikan Strategi Ekonomi untuk Asia Tenggara yang didesain dengan mempertimbangkan Indonesia sebagai mitra strategis penting bagi Australia. Wamenkeu Thomas mengundang Australia untuk lebih meningkatkan investasi di Indonesia guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Sementara itu, dalam pertemuan dengan Presiden Islamic Development Bank (IsDB), Wamenkeu menyampaikan keinginan untuk meningkatkan peran strategis Indonesia di IsDB. Sementara itu, dalam pertemuan dengan Presiden Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), Wamenkeu menyampaikan minat untuk menjadi tuan rumah sidang tahunan AIIB di masa mendatang dan meminta AIIB untuk mendirikan kantor operasional di Indonesia. Terakhir,  Wamenkeu menyampaikan kepada Wakil Presiden World Bank (WB) untuk Asia Timur dan Pasifik untuk mendesain struktur pinjaman inovatif agar dapat memberikan pembiayaan dengan suku bunga yang lebih terjangkau bagi negara berkembang.

Keikutsertaan delegasi Indonesia pada pertemuan tahunan IMF-WBG 2024 menegaskan komitmen Indonesia pada isu-isu prioritas bersama, termasuk terhadap aksi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Pembiayaan hijau, transisi energi, kerja sama multilateral serta reformasi MDBs merupakan faktor-faktor yang krusial untuk mewujudkan komitmen tersebut. Di samping itu, pertemuan bilateral dengan negara mitra dan MDBs yang bertujuan memperkuat investasi dan pengembangan ekonomi kawasan juga akan berkontribusi pada tercapainya komitmen dan prioritas Indonesia di masa yang akan datang.

Tidak ada komentar