Breaking News

8 Cara Orangtua Bisa Memupuk Hubungan Kakak dan Adik yang Sehat

Memupuk hubungan kakak dan adik yang akur bisa menumbuhkan mereka jadi sosok penuh empati. Tidak membedakan perlakuan hingga meluangkan waktu bermain bersama adalah cara memupuk hubungan kakak adik yang sehat.




Topiktoday - Hubungan kakak dan adik adalah salah satu yang paling berpengaruh karena merupakan sosok terdekat sejak kecil. Namun tentu saja, ketika menjadi orangtua bukan berarti segala hal berlangsung mulus-mulus saja. Ada kalanya kakak beradik justru bermusuhan atau sibling rivalry dan membuat orangtua bingung apa yang harus dilakukan.

Meski demikian, perlu diingat bahwa meskipun kakak dan adik sering bertengkar, bukan berarti mereka bermusuhan. Bukan berarti pula mereka tidak bisa dekat satu sama lain. Untuk mulai membangun ikatan sehat dalam keluarga, orangtua harus mulai dengan peka terhadap sekitar.

Pentingnya hubungan kakak adik

Membangun kedekatan antara kakak dan adik akan membantu mereka tumbuh besar sebagai teman baik. Untuk bisa mencapai hal ini, tentu orangtua sebaiknya tidak membandingkan satu sama lain. Setiap dari mereka itu unik.Jika sudah bisa terbangun ikatan antara kakak dan adik, akan ada manfaat-manfaat seperti:

Kemampuan sosial yang luwes

Pada tahun 2013 lalu, sebuah study di Journal of Family Issues menunjukkan bahwa anak dengan saudara kandung memiliki kemampuan sosial lebih ketimbang anak tunggal. Ini terlihat ketika mereka duduk di kelas lima sekolah dasar.

Bukan tidak mungkin, anak yang sudah terlatih untuk berbagi, bekerja sama, dan juga kompromi dengan saudara-saudaranya akan tumbuh sebagai orang dewasa yang sukses secara sosial.

Jadi pasangan yang baik

Menariknya, anak yang tumbuh dengan saudara baik itu kakak maupun adik lebih rendah kemungkinan untuk bercerai. Setidaknya, ada penurunan angka hingga 3% dalam study pada tahun 2014 ini.

Merunut ke belakang saat mereka tumbuh besar, ini tak lepas dari kualitas anak dan saudaranya. Mereka memiliki kemampuan sosial lebih baik ketika ikatan dengan kakak atau adiknya cukup dekat. Begitu pula sebaliknya. Saudara kandung yang tidak akur sangat rentan mengalami depresi dan kecemasan berlebihan ketika berada di fase remaja.

Memberi teladan yang baik

Ikatan antara kakak dan adik juga bisa memberikan teladan, terutama dari kakak ke adik. Sebab, adik cenderung meniru apa yang kakaknya lakukan. Ini juga berlaku ketika mereka tumbuh besar dan mulai bersekolah.

Sayangnya, hal ini juga berlaku sebaliknya. Adik yang melihat teladan buruk juga besar kemungkinan akan menirunya. Termasuk dalam hal perilaku seksual yang sembrono.Cara membangun hubungan kakak beradik yang sehat.

Tentunya secara emosional, kakak dan adik punya ikatan sangat kuat. Ini berlaku bukan hanya untuk saudara kandung saja. Begitu pula dengan saudara angkat atau tiri.

Ketika ada dua orang yang dekat, maka emosi yang meliputi keduanya tentu juga besar. Mulai dari rasa sayang, marah, cemburu, cemas, tersinggung, dan banyak lagi emosi yang kadang bisa membuat kewalahan.

Untuk bisa menjaga kesehatan hubungan antara kakak dan adik, berikut ini yang bisa orangtua coba terapkan:

1. Validasi emosi dan perasaan

Sejak mereka kecil, jangan pernah lupa untuk validasi emosi dan perasaan yang muncul. Bukan berarti karena anak laki-laki maka tak boleh menangis dan dilabeli cengeng. Tetap beri label dan validasi apa yang mereka rasakan dan pemicunya.

Dengan cara ini, anak akan memahami apa saja kosa kata yang berkaitan dengan emosi. Mereka akan tumbuh jadi sosok yang bisa memahami emosi dan peka terhadap sesama.

2. Tidak membandingkan

Jangan pernah membandingkan perilaku anak atau pencapaian mereka. Bukannya memberi motivasi, ini justru membuat mereka semakin tidak bisa berdamai dengan situasi. Salah-salah, anak akan menganggap saudara kandung sebagai saingan mereka.

3. Beri konsekuensi

Tetap beri konsekuensi kepada anak sesuai dengan perilaku mereka. Bukan menurut siapa yang lebih besar dan kecil. Ketika adik menangis, bukan berarti selalu kakak yang salah. Ada kalanya adik juga melakukan kesalahan. Peran orangtua di sini adalah memberi konsekuensi sesuai perilaku.

4. Beri batasan

Meski orangtua sudah memberikan validasi terhadap emosi seperti marah atau frustrasi, bukan berarti anak bebas melakukan apapun. Tetap beri panduan dan batasan. Marah boleh, tapi jangan merusak, menyakiti diri sendiri, dan menyakiti orang lain.

5. Tidak condong ke satu anak

Aturan yang satu ini mutlak tidak boleh dilakukan oleh orangtua. Jangan bermain favorit hanya ke satu anak saja karena ini justru meningkatkan risiko konflik antara kakak beradik. Bahkan studi di Journal of Family Psychology ini mencatat efek ini bisa berlarut-larut hingga mereka kelak dewasa.

6. Lakukan quality time

Selalu alokasikan waktu untuk melakukan aktivitas bersama-sama. Sangat penting untuk tetap mengupayakan family time karena ketika anak bersenang-senang bersama saudara atau keluarganya, mereka akan mendapatkan persepsi positif antara satu sama lain.

Pastikan pula waktu untuk quality time ini tepat. Jangan memaksakan ketika anak sedang lelah, lapar, atau rewel. Ini justru dapat membuat situasi kian runyam.

7. Ajarkan bekerja sama

Ketimbang menjadikan kakak dan adik sebagai peserta kompetisi satu sama lain di berbagai aspek kehidupan, sebaiknya ajarkan kerja sama. Sampaikan bahwa mereka berada di tim yang sama dan punya kesempatan untuk membantu satu sama lain.

Kemudian, apresiasi bagaimana mereka bekerja sama sepanjang permainan. Jangan fokus pada hasil akhirnya atau membandingkan siapa yang lebih hebat. Apresiasi bagaimana mereka saling membantu dan sampaikan bahwa Anda bangga kepada mereka.

8. Beri contoh

Tentunya anak adalah peniru ulung apa yang dilakukan orangtua mereka. Artinya, orangtua juga harus bisa melakukan resolusi konflik yang sehat. Ketika ada masalah, bicarakan dengan kepala dingin dan bukan saling berteriak penuh emosi.
Ini juga berlaku ketika anak sedang bertengkar. Sampaikan apa masalahnya, validasi emosi dari kakak dan adik, kemudian tanyakan apa yang bisa mereka lakukan.

Tidak ada komentar